Jumat, 15 Maret 2019

Pusat Studi Gender dan Anak Gandeng Dharma Wanita Gelar Kajian Ilmiah



 

Humas IAIN Parepare--- Meski terbilang baru, Pusat Studi Gender dan Anak yang menjadi salah satu pusat studi pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Parepare langsung menjalankan program-program strategisnya.

Bertempat di Gedung Akademik Lantai 1, Jumat,14/3/2019, lembaga yang baru terbentuk pada bulan Februari tahun ini menggelar kajian ilmiah seputar pendidikan literasi media sosial (perempuan, hoax dan politik).

Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, Hasnani menjelaskan, program kajian ini merupakan kegiatan yang akan rutin dilaksanakan tiap bulan. Kajian ilmiah merupakan tradisi akademik yang harus tumbuh kembang dalam lingkungan kampus. "Sebagai lembaga studi, maka kami akan mendorong program kajian ini sebagai kegiatan strategis dan prioritas agar menjadi cerminan dalam membangun suasana dan iklim akademik-ilmiah di kampus," katanya ketika ditemui sebelum acara kajian dimulai.

"Kedepannya, Pusat Studi Gender dan Anak akan menggalang kelompok-kelompok dan organisasi perempuan yang ada sebagai mitra kerjasama dalam menggelar berbagai kegiatan, khusus kegiatan pemberdayaan perempuan dan anak,"paparnya.

Pada kajian perdana ini, Pusat Studi Gender dan Anak menggandeng Dharma Wanita IAIN Parepare sebagai mitra dalam menggelar kegiatan. Sitti Muliyani sebagai Ketua Dharma Wanita IAIN Parepare menyambut baik atas terlaksananya kegiatan bersama ini. "Kegiatan Dharma Wanita yang selama ini hanya bersifat silaturrahmi, tetapi dengan adanya kerjasama dengan Pusat Studi Gender dan Anak maka ada kegiatan kajian. Kita mengucapkan syukur dan terima kasih atas kerjasama ini" ujar saat memberikan arahan.

Sementara itu, Nur Nahdiyah yang menjadi narasumber dalam kajian tersebut menguraikan tentang perkembangan teknologi komunikasi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kepada kaum perempuan atau kalangan ibu-ibu. "Kita sekarang berada pada era modern, semuanya serbah canggih, khususnya alat komunikasi. Melalui alat komunikasi berupa smart phone, ibu-ibu sudah bisa telponan dengan siapa saja sambil masak di dapur atau bahkan dari dalam kamar mandi. Dulu, kita berbicara melalui telpon hanya mendengar suaranya saja, tetapi sekarang kita sudah bisa telponan dengan melihat langsung orang yang kita ajak bicara melalui fitur yang tersedia di smart phone," papar mantan Ketua KPUD Parepare ini.

"Tetapi kecanggihan smart phone ini, bukan tanpa masalah. Karena rupanya, melalui teknologi komunikasi ini, justru gosip, fitnah, caci maki, ujaran kebencian dan hoax semakin merajalelah khususnya dikalangan ibu-ibu" kata Nahdiyah mengingatkan. "Apa lagi, tahun ini adalah tahun politik. Banyak orang yang menyalahgunakan smart phone, menggunakannya untuk menyebar fitnah dan menjatuhkan lawan-lawan politiknya. Media sosial kita hari ini, tengah dibanjiri berita-berita bohong atau hoax dan sasarannya adalah perempuan" tambahnya.

"Oleh karenanya, kita musti hati-hati membaca setiap berita yang bersumber dari media sosial. Jangan langsung percaya, apa lagi menyebarkannya. Kita harus menganalisa kebenaran, sumber dan dampak yang timbulkan suatu berita, sebelum menyebarkannya kepada orang lain" paparnya memberi tips kepada ibu-ibu yang mengukuti kajian. "Jangan gampang menyebar berita. Sekarang ada Undang-undang nomor 11 tahun 2008 yang mengatur tentang Informasi dan transaksi elektronik. Jika kita menyebar hoax atau kebohongan, fitnah, ujaran kebencian, dan lain sebagainya, maka kita akan dijerat dengan UU ITE tersebut, kita bisa di pidana dengan hukuman penjara" ulasnya.

Kajian yang diikuti sekitar 50 an orang peserta ini berakhir sekitar pukul 16.30 wita dan ditutup dengan acara pengundian pemenang arisan Dharma Wanita IAIN Parepare yang dilaksanakan setiap bulannya. (s.s)

Selasa, 12 Maret 2019

Pekan Literasi, Kolaborasi FEBI IAIN Parepare dengan Dialektika Bookshop

IAIN Parepare--- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare bekerja sama dengan toko buku Dialektika bookshop, menggelar pekan literasi di pelataran gedung S.

Acara dengan  tema “bangun literasi di era milenial untuk mencerdaskan bangsa” ini, berlangsung selama lima hari yakni mulai 11 sampai 15 Maret 2019 dan dibuka langsung oleh Dekan Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)



Adapun rangkaian kegiatan dalam acara ini antara lain, book fair, bedah buku, bedah film dan diskusi publik, serta melibatkan organisasi-organisasi terkait. Buku yang dijual dari berbagai penerbit mulai dari mojok, Prenada dan lain sebagainya.

Ardiansyah selaku ketua panitia mengatakan bahwa dengan adanya pekan literasi yang dilaksanakan, secara tidak langsung akan memudahkan teman-teman mahasiswa mendapatkan buku tanpa jauh-jauh lagi keluar kota mencarinya  apalagi buku yang disediakan lumayan banyak dan cocok bagi kalangan mahasiswa. Jadi pada dasarnya membaca adalah suatu keharusan yang patut disadari mulai sekarang.

“Semoga semangat literasi mampu menjadikan hidup kita selangkah lebih maju dan membuka cakrawala berpikir dalam mengarungi dunia kampus”, harapnya.



Dalam sambutannya, Dekan FEBI Dr. Kamal Zubai,M.Ag  mengatakan banyak hal yang bisa didapatakan dalam pekan literasi ini, salah satunya membantu mahasiswa mendapatkan referensi.

“Kalau anda berpikir investasi maka mulailah minimal 1 buku 1 bulan”, ucapnya. Acara ini juga membuka wawasan terkait persoalan-persoalan yang dihadapi melalui sumber bacaan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam kedepannya akan melakukan FEBI expo yang didalamnya ada pameran buku, hasil karya mahasiswa dan memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas prestasinya melalui penelitian. “Selamat menikmati sajian dari Pekan Literasi ini”, tambahnya.

Sumber: Panitia Pelaksana

Senin, 11 Maret 2019

Mahasiswa IAIN Parepare Memiliki Standarisasi Etik

Humas IAIN Parepare--Menanggapi isu yang lagi gembar-gembor di media sosial terkait pelarangan pakaian gamis di kampus, Kasubag Humas Suherman Syach memberikan penjelasan panjang lebar ketika ditemui awak media di ruang kerjanya, Senin, 11/3/2/2019.



"Masyarakat harus paham, IAIN Parepare ini merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Kementerian Agama RI. Tentu saja, kita memiliki standar dan aturan normatif yang mengatur seluruh civitas akademik, baik pimpinan, dosen, pegawai, termasuk mahasiswa" paparnya dengan serius.



Salah satu standar dan peraturan yang terkait dengan personal para civitas akademika, tertuang dalam peraturan yang disebut Kode Etik Dosen, Pegawai dan Mahasiswa IAIN Parepare. Kode etik mahasiswa merupakan rambu-rambu yang seyogyanya menjadi pedoman bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitasnya selama kuliah di IAIN Parepare. Kode etik adalah sebuah instrumen untuk melatih dan membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang berkarakter berdasarkan tuntutan agama Islam, agar menjadi insan "Malebbi Warekkadana, Makkiade Ampena" yang menjadi motto kampus ini.

Dalam kode etik ini, lanjut Suherman, ada seperangkat norma yang harus ditaati dan dijauhi oleh mahasiswa yang sifatnya mengikat. Norma-norma yang harus dijalani mahasiswa, antara lain etika mahasiswa terhadap institut, etika mahasiswa terhadap dosen, etika mahasiswa terhadap mahasiswa, etika mahasiswa dengan pegawai, etika dalam perkuliahan, etika terhadap masyarakat, etika dalam berpakaian, etika dalam berpendapat diluar perkuliahan, sampai kepada etika dalam bermedia sosial.



"Jadi, semua gerak-gerik mahasiswa itu memiliki standarisasi etik. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut kita atur" tegas Kasubag Humas ini.

Dalam etika berpakaian, standarisasi yang disepakati untuk mahasiswa yaitu:
1. Mahasiswa harus berpakaian bersih, rapi, dan sopan yang mencerminkan sikap muslim terpelajar;
2. Bagi perempuan menggunakan rok, jilbab dan tidak menutup wajah;
3. Bagi pria menggunakan celana panjang sampai mata kaki, baju berkerah dan sepatu;

"Ketiga poin di atas adalah standar berpakaian bagi mahasiswa IAIN Parepare ketika melakukan aktivitas di kampus. Selain itu, tentu saja tidak dibenarkan. Tetapi, hal itu tidak terkait dengan pelarangan atau pun pengharaman penggunaan pakaian gamis, cadar atau semacamnya. Diluar kampus silahkan saja, tidak ada masalah"paparnya.

Tetapi dalam kampus, tentu saja kita punya standar aturan yang harus dipatuhi. IAIN adalah lembaga pendidikan yang punya batasan tertentu. Jika ada mahasiswa yang ingin masuk kuliah, hanya memakai sandal tentu saja akan dilarang mengikuti perkuliahan. Meski pun memakai sandal itu tidak haram, tetap saja dilarangan di kampus, karena kita ada standar/aturan mainnya" kilahnya mencontohkan.

Suherman berharap, masyarakat tidak menarik isu ini ke rana fiqhiyah. Karena cara berpakaian Islami itu, banyak model atau bentuknya. Cara berpakaian yang tertuang dalam kode etik mahasiswa IAIN Parepare pun sudah sesuai syariat Islam, yaitu harus menggunakan rok, jilbab dan tidak membenarkan pakaian yang ketat apalagi seksi. "Dengan pakaian model ini, mahasiswa kita bisa tampil elegal dan praktis" tegas Suherman menjelaskan.

"Saya justru heran, kok masih ada mahasiswa yang belum paham tentang kode etik ini, padahal sudah disosialisasikan diberbagai tempat, termasuk saat mendaftar ulang dan mengikuti Orientasi Pengenalan Akademik Kampus (OPAK). Aturan ini pun, sudah lama berjalan, kenapa baru ada mahasiswa yang pertanyakan" jawab Suherman keheranan ketika ditanya tentang pernyataan gugatan dari sekelompok mahasiswa.

"Seharusnya, mereka itu membaca dan memahami kode etik itu secara mendalam" tegasnya menitip harapan.

Mahasiswa PBI Jawara Debat Bahasa Inggris

Humas IAIN Parepare--- Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare kembali menunjukkan prestasi yang membanggakan. Kali ini dipersembahkan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dalam ajang "Championship of English" yang diadakan HMJ PBI IAIN Palopo pada tanggal 8-9 Maret 2019 di kota Palopo. Tidak tanggung-tanggung, mahasiswa PBI berhasil meraih 3 juara pada ajang yang dilombakan, yaitu juara 1 lomba debat, menjadi be speaker terbaik, dan juara 3 pada lomba public speaking.



"Alhamdulillah kita berhasil juara pada ajang yang cukup bergensi di kalangan mahasiswa bahasa Inggris ini" demikian ucapan Megawati Faisal, salah satu mahasiswa yang menjadi peserta saat dihubungi via telpon. "Kami bangga bisa mempersembahkan yang terbaik bagi kampus IAIN Parepare dan insyaallah kami akan terus melakukan yang terbaik" ujarnya penuh semangat.

Pada ajang "Championship of English" yang kali ini berlangsung di Palopo, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare mengutus 3 peserta, yaitu Megawati Faisal, Muh. Hidayat S, dan Nur Pradini Galla.

Muh. Hidayat S berhasil meraih juara 1 pada ajang debat bahasa Inggris. Hidayat, berhasil juara setelah menyingkirkan peserta debat dari berbagai perguruan tinggi lainnya. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester 6 ini tampil memukau para dewan juri sehingga mampu meraih skor tertinggi. Pada sesi pertama, materi debat membincang tentang masalah kesehatan. Hidayat, cukup fasih menyampaikan konsep-konsep kesehatan dengan gaya dan retorika berbahasa Inggris yang lancar dan meyakinkan.

Begitu pun pada sesi final, yang mengangkat tema tentang "cinta diantara kesuksesan dan kegagalan." Hidayat mampu mempresentasikan gagasannya secara rasional dan sistematik. Saat sesi debat, Hidayat mampu mendominasi forum yang berlangsung cukup sengit. Pertanyaan dan sanggahan dari para tim juri atau pun para finalis dapat dijawab dan ditanggapi dengan meyakinkan.

Sementara, Megawati Faisal berhasil menjadi "Be Speaker terbaik" dalam acara tersebut. "Be Speaker" adalah lombah berbicara dalam bahasa Inggris. Megawati mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam berbahasa Inggris. Hal yang sama, ditunjukkan oleh Nur Pradini Galla dengan meraih juara 3 dalam ajang "Public Speaking". "Meraih juara pada ajang ini, tentulah tidak mudah. Persaingannya cukup ketat karena diikuti dari berbagai mahasiswa berprestasi" ujar Siti Wirda Liling, panitia yang mengurus peserta dari IAIN Parepare.

 

Mujahidah, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Parepare yang dihubungi secara terpisah menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada mahasiswa yang meraih juara pada ajang tersebut. "Tentu saja, kami berbangga terhadap prestasi yg diraih mahasiswa kita. Prestasi itu merupakan predikat terbaik yg disematkan buat institut dan akan menambah daftar prestasi yg pernah diraih mahasiswa. Prestasi tersebut, juga akan berkontribusi terhadap proses akreditasi PBI, yang mudah-mudahan bisa berubah menjadi akreditasi A nantinya" pungkas Mujahidah menjelaskan.

"Oleh karenanya, kami akan memberikan dukungan maksimal kepada mahasiswa kita untuk meraih prestasi dan insyaallah fakultas akan memberikan apresiasi untuk mereka" ujarnya. "Bagi mahasiswa yg juara, harus tetap tawadu dan tetap belajar agar kita bisa meraih presatasi yg lebih baik lagi", pesannya. (s.s)

Kamis, 07 Maret 2019

Kasubag Humas IAIN Parepare; "Kami Tidak Menolak Siapapun"

Humas IAIN Parepare---Kasubag Humas IAIN Parepare, Suherman Syach bergeming dengan pemberitaan yamg dirilis di portal www.radiomesra.com, Rabu,6/3/2019 berjudul "Kegiatan Penyambutan Guru Besar UNHAS di Tolak pihak Kampus IAIN Parepare".

Menurutnya, judul pemberitaan ini sangat bombastis dan cenderung memojokkan IAIN Parepare tanpa meminta klarifikasi.
"Seharusnya, awak media profesional melakukan reportase dan pemberitaan dengan melakukan kroscek dan klarifikasi kepada objek yang terkait dalam berita" ujarnya. "Judul berita yang diangkat oleh salah satu media online tentang penolakan guru besar UNHAS, jelas membingungkan kami di IAIN Parepare. Kami tidak tahu asal muasal, kok tiba-tiba di tolak. Berita ini sangat menyesatkan" paparnya.

IAIN Parepare dengan perguruan tinggi mana pun, baik yang ada di dalam dan luar Sulaweai Selatan dan bahkan luar negeri itu memiliki hubungan yang baik dan saling mendukung untuk pengembangan masing-masing. "Selama ini, kami di IAIN Parepare sangat welcome dengan kedatangan siapa pun apalagi kalau Guru Besar" tepis Kasubag Humas menanggapi isu yang cenderung membenturkan IAIN Parepare dengan kampus lain. "Perguruan tinggi lain adalah mitra kerjasama kami" tambahnya.

Terkait dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh salah satu organisasi mahasiswa ektra kampus di Gedung Auditorium IAIN Parepare, mantan mahasiswa era reformasi ini menyatakan seharusnya tidak perlu terjadi. "Selama ini, kami selalu memfasilitasi kegiatan-kegiatan organisasi mahasiswa, termasuk organisasi ektra jika ingin melakukan kegiatan di kampus, apalagi kalau kegiatannya bersifat pengembangan akademik" papar kasubag.

Kegiatan-kegiatan besar yang pernah dilakasanakan organisasi kemasyarakatan terbilang banyak. "Beberapa bulan lalu, Pengurus Besar DDI menggelar kegiatan Seminar Nasional untuk mengusung Andregurutta K.H. Abdul Rahman Ambo Dalle sebagai Pahlawan Nasional. Itu sangat disuppor dan didukung penuh bapak Rektor dan seluruh pimpinan serta civitas kampus" kenang Suherman mengingatkan.

"Saya telusuri sebab musabab tidak jadinya kegiatan PP IMDI digelar di kampus, itu persoalan administrasi. Saya tidak menemukan surat permohonan mereka masuk di bagiam umum" jelasnya memberi klarifikasi. "Ada persoalan administrasi di sana. Kampus ini lembaga formal, punya tata aturan normatif yang prosedural. Satuan unit saja, misalnya organisasi mahasiswa intra atau bahkan kegiatan prodi harus menyurat ke bagian umum jika ingin menggunakan fasilitas kampus. Jadi, teman-teman pengurus organisasi harus memahami aturan mainnya, jangan hanya menyalahkan secara sepihak" pintamya minta pengertian.

Selasa, 05 Maret 2019

Rektor IAIN Parepare Launching Program Pengabdian kepada Masyarakat di Sidrap

IAIN Parepare--- Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kepala Pusat Rehabiltasi BNN Baddoka tahun 2018 menunjukkan bahwa 70-80 % pengedar dan pemakai narkoba yang berada di BNN Baddoka berasal dari tiga daerah di Ajattapareng yakni Sidrap, Pinrang dan Parepare. Faktor utamanya karena mereka (pengedar dan pemakai) narkoba tidak merasakan apa yang disebut home is my home, artinya bahwa mereka tidak merasakan kenyamanan di rumah melainkan mereka hanya mendapatkan home is my house, bahwa mereka mendapatkan fasilitas yang lengkap tapi tidak membuat mereka merasa senang berada di rumah.

Demikian juga dengan data dari Kementerian pemberdayaan perempuan dan anak bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional tahun 2016 melalui Survey Kekerasan terhadap Anak (SKtA) menunjukkan bahwa kekerasan fisik di dalam keluarga dilakukan baik oleh ayah maupun ibu, dimana resiko ibu melakukan kekerasan pada anak khususnya perempuan lebih tinggi dibandingkan ayah.

Sejalan dengan data tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga menyebutkan bahwa 91 persen kekerasan terhadap anak terjadi di lingkungan keluarga.

Hal tersebut menjadi alasan bagi Dharma Wanita Kemenag Sidrap bekerjasama dengan Yayasan Taman Semesta merasa terpanggil untuk menjawab permasalahan apa yang menjadi realitas sosial masa kini khususnya di kabupaten Sidrap.

“Kami ingin menjadi bagian dari solusi agar dari keluarga kita lahir anak yang sehat baik secara fisik, emosional maupun spiritual. Keluarga seharusnya menjadi tempat bernaung yang paling aman bagi anak-anak kita. Khususnya bagi perempuan atau ibu, al ummumadrasatulula, ibu adalah sekolah (guru) pertama bagi anak—anaknya. Olehnya itu, dibutuhkan tindakan nyata dalam usaha mencegah kekerasan pada anak di lingkungan keluarga melalui program “Perempuanta’,” jelas  ketua panitia pelaksana, Aqidah Irman yang juga merupakan Ibu Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama kabupaten Sidrap.

Program ‘Perempuanta’ akan menjadi wadah bagi orangtua khususnya yang ada di kecamatan Maritengngae untuk berbagi bersama terkait pengetahuan pengasuhan anak yang mengedepankan pendisiplinan secara positif.

Program Perempuanta’ yang juga diinisiasi oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), tentu meneguhkan posisi perguruan tinggi bukan hanya sebagai sumber pengetahuan akan tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan tersebut di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat.

Program pengabdian kepada masyarakat ini secara resmi dilaunching oleh Rektor IAIN Parepare sekaligus menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara IAIN Parepare dengan Kementerian Agama kabupaten Sidrap yang disaksikan oleh Wakil Rektor III IAIN Parepare Dr. Muhammad Saleh, M. Ag, Kepala LP2M IAIN Parepare Drs. Muhammad Djunaidi, M. Ag, Sekretaris Kecamatan Maritenggae, dan KUA, Selasa (05/03).



“Kegiatan ini tentu akan memberi manfaat buat orangtua agar mendidik anak tidak menggunakan kekerasan, pola-pola pengasuhan lama yang tidak lagi cocok dengan era milenial,” ucap Rektor IAIN Parepare,  Dr. Ahmad Sultra Rustan, M. Si.





Sementara Kepala Kementerian Agama (Kemenag) kabupaten Sidrap merespon baik atas kerjasama ini.

“Selain program pengabdian masyarakat, kabupaten Sidrap membutuhkan program pendidikan khususnya peningkatan keterampilan mengajar guru di madrasah. Semoga ke depan kita bisa memperkuat kerjasama ini di beberapa bentuk kegiatan” harap Kepala Kementerian Agama kabupaten Sidrap, H. Irman Baharuddin, S. Ag., M. Si.



Selain Launching Program Perempuanta’, juga dilaksanakan seminar Solusi Mendidik Anak Tanpa Kekerasan Di Era Milenial. Seminar ini merupakan awal dari pendampingan yang akan dilaksanakan di desa/kelurahan. Hadir narasumber dari tim Yayasan Taman Semesta yang berkompoten dalam bidang psikologi keluarga dengan menggunakan modul yang telah diterbitkan sendiri.

Kegiatan berlangsung di Aula kantor Kemenag kabupaten Sidrap, hadir sebanyak 50 perserta terdiri dari perwakilan dari desa/kelurahan se-kecamatanMaritengngae, Dharma Wanita Kemenag Sidrap, Perwakilan BKPRMI, dan TK Terpada yang ada di KecamatanMaritengngae.

Marwah salah satu peserta mengaku bersyukur dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

“Ternyata selama ini cara saya mendidik berbau kekerasan karena biar berkata ‘jangan’. Pertemuan ini sangat baik bagi kami,” ucap Marwah usai seminar.

Selain di Kecamatan Maritengngae, ke depan program ini akan didorong terlaksana di semua kecamatan se-kabupaten Sidrap melalui koordinasi di tingkat Kecamatan dan Kantor Urusan Agama se kabupaten Sidrap.



 

Dekan FUAD Memberikan Piagam Penghargaan Kepada Mahasiswa Berprestasi

Humas IAIN Parepare-- Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) melakukan terobosan baru. Memasuki semester genap, Dekan Fakultas FUAD, Abdul Halim K memberikan Piagam Penghargaan kepada sejumlah mahasiswa yang dinilai berprestasi dalam proses belajar mengajar semester ganjil tahun akdemik 2018/2019 yang berlangsung, Selasa, 5/3/2019 di Ruang Seminar Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah.



Pemberian penghargaan tersebut, dihadiri dan disaksikan segenap pimpinan Fakultas FUAD, yaitu Wakil Dekan Bidang AKKK, Iskandar, Wakil Dekan Bidang AUPK, Musyarif, Kaprodi KPI, Nurhakki, Kaprodi BKI, Muh. Haramain, Kaprodi MD, Nurhikmah, Kaprodi PMi, Hj. St. Aminah, Kaprodi JI, Qadaruddin, Kaprodi SKI, Nurkidam, Kaprodi BSA, Abd. Rahman dan Kaprodi SA, Muhiddin dan pejabat struktural, yaitu Kasubag AUK, Junaini dan Kasubag AKA, Rachmat.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Abd. Halim K menyampaikan motivasi dan tujuan pemberian penghargaan tersebut. "Program ini dilakukan agar mahasiswa berprestasi selalu terpacu meningkatkan dan mempertahankan prestasi akademiknya. Serta mahasiswa lain mampu menjadikan mereka contoh yang baik dalam proses belajar di Kampus" papar Dekan, yang juga menjabat Ketua MUI Kota Parepare.

"Kami memberikan penghargaan ini kepada anak-anakku mahasiswa agar kalian berprestasi, terutama dalam peningkatan akhlak. Dalami ilmu sesuai disiplin ilmunya masing-masing. Kuasai bahasa Arab sebagain kunci atau alat menguasai ilmu agama. Bersyukurlah anda terpilih sebagai mahasiswa berprestasi, pertahankan prestasinya, terutama akhlak kalian. Semua dosen ingin mahasiswanya lebih pintar dari dosennya sendiri" papar Dekan FUAD Abd. Halim K memberikan nasehatnya kepada mahasiswa.

Ada pun nama-nama mahasiswa yang memperoleh Piagam Penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Semester Ganjil Tahun akademik 2018/2019, sebagai berikut :

1. Imam Kurniawan Samad (Prodi Komunikasi Penyiaran Islam)
2. Malik Fajar (Prodi Bimbingan Konseling Islam)
3. Mardian Saputra (Prodi Manajemen Dakwah)
4. Hernisa Rianas (Prodi Sejarah Peradaban Islam)
5. Sunarti (Prodi Jurnalistik Islam)
6. Sulfi (Prodi Pengembangan Masyarakat Islam)
7. Sri Yuliana (Prodi Bahasa dan Sastra Arab)
8. Wahyuni (Prodi Sosiologi Agama)

Sumber : Fakultas FUAD
Penulis : Nurul
Editor : Suherman Syach

Pengarahan Rektor Kepada CPNS Baru; IAIN Parepare Berbasis Kinerja

 



Humas IAIN Parepare--- Usai membuka secara resmi Pembukaan Kuliah Semester genap tahun akademik 2018/2019, Rektor IAIN Parepare langsung menerima CPNS Baru di Lantai 5 Gedung Perpustakaan IAIN Parepare, 4/3/2019. Turut hadir dalam pertemuan itu, Wakil Rektor Bidang APK, Sitti Jamilah Amin, Wakil Rektor Bidang AUPK, Sudirman L, Dekan Fakultas Tarbiyah, Saefudin, Dekan FEBI, Kamal Zubaer, Dekan Syariah dan Ilmu Hukum Islam, Muliaty, Dekan FUAD, Halim K, Kabag AUK, Jafar, Kasubag Umum dan Kepegawaian, Misbahuddin dan sejumlah pejabat lainnya.

Pertemuan ini di hadiri 33 orang CPNS yang telah diumumkan kelulusannya secara serentak oleh kemenag RI beberapa bulan lalu. Seperti informasi sebelumnya, kuota CPNS yang diterima IAIN Parepare tahun 2018 berjumlah 48 orang, tetapi hasil seleksinya hanya 33 orang yang dinyatakan lulus. CPNS ini terdiri dari 29 CPNS sebagai dosen dan 4 orang sebagai tenaga kepegawaian.



"Sebenarnya, SK CPNS mereka itu belum keluar, tetapi sudah diusulkan ke Badan Kepegawaian Nasional dan sementara dalam proses penyelesaian' kata Wakil Rektor, Sudirman L ketika menyampaikan kata pengantar dalam pertemuan tersebut. "Semoga, bulan Maret ini SK itu sudah selesai. CPNS ini dipanggil untuk mengikuti pembukaan kuliah karena mereka sudah dibutuhkan. Jadi CPNS ini masih berstatus dosen luar biasa dan tenaga honorer sampai SK terbit" ujarnya.

Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan saat memberikan pengarahan CPNS mengatakan senang dengan bergabungnya CPNS baru ini. "Kami bergembira saudara-saudari bisa bergabung dan menjadi bagian keluarga besar IAIN Parepare" ujar Rektor.

Sebelum melanjutkan arahannya, Rektor memperkenalkan seluruh pimpinan yang hadir serta mengabsensi CPNS dan meminta mereka memperkenalkan diri satu persatu. Rupanya, CPNS yang lulus bukan saja berasal dari Sulawesi Selatan, tapi juga datang dari Surabaya, Maluku dan Nusa Tenggara.

Penerimaan CPNS di IAIN Parepare, lanjut Rektor, berlangsung transparan dan tidak mengenal suap menyuap atau pun nepotisme. "Kalau ada yang minta uang, silahkan lapor karena kita tidak mengenal seperti itu" tegas Rektor.

Dalam pelaksanaan tugas, IAIN Parepare lebih mengedepankan kinerja. Tidak ada perbedaan dan perlakuan istimewa kepada personal, kelompok, atau pun latar belakang organisasi. Semua pegawai dan dosen sama. Kita tidak kenal senior-yunior, tua-muda, lama-baru atau dari organisasi mana. Semuanya diberikan kesempatan dan peran untuk bekerja sesuai dengan tugas mereka masing-masing. "Kita di sini (IAIN Parepare) berbasis kinerja, siapapun dari kita yang berkinerja baik, maka akan diapresiasi. Saudara yang baru masuk, memiliki hak yang sama dengan yang lain secara proporsional. Jika berkinerja baik, kita perhatikan" kata Rektor serius.

Sementara itu, Syafaat Anugrah, salah seorang CPNS yang dikonfirmasi menyatakan legah dan puas mendengar arahan Rektor. "Kami baru, tetapi terasa nyaman dan bahagia dengan penerimaan Rektor yang sangat welcome" kata calon Doktor Hukum Unhas ini. (s.s).

KPU Parepare Goes to Campus, Ajak Mahasiswa Jadi Pemilih Cerdas

IAIN Parepare--- Komisi Pemilihan Umum (KPU) kota Parepare menggelar sosialisasi pemilu 2019 di Auditorium baru IAIN Parepare, Senin (04/03). Sosialisasi tersebut dilakukan usai pelaksanaan pembukaan kuliah semester genap tahun 2018/2019.

KPU Parepare memilih masuk ke kampus dengan target sasaran pemilih pemula. Hal ini berdasarkan UU no 7 tahun 2017 tentang memberikan jaminan bagi pemilih pemula yang telah genap berusia 17 tahun untuk menyalurkan hak pilihnya di pemilu 2019.

[caption id="attachment_9825" align="alignnone" width="300"] Foto sisi kanan, DR Muhammad Saleh, M. Ag (Wakil Rektor III IAIN Parepare)[/caption]

Wakil Rektor III, DR Muhammad Saleh menyambut baik sosialisasi tersebut terlebih banyaknya mahasiswa IAIN Parepare yang juga berasal dari berbagai daerah di luar kota Parepare.



Hamzah, Komisioner KPU dalam sosialisasinya mengajak mahasiswa agar menjadi  millennial yang cerdas memilih. Hal ini dikarenakan rawannya generasi millenial khususnya pemilih pemula dipengaruhi, didekati dan dimobilisasi.

"Jadilah pemilih cerdas dengan mengetahui visi, misi dan program calon, bukan karena yang lain", ajaknya saat menyampaikan materi.

Pemilu menjadi sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di mana rakyat dapat memilih pemimpin politik secara langsung.

"Pemimpin-pemimpin politik adalah wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik ditingkat pusat maupun daerah," jelas Hamzah.

 

 

 

Senin, 04 Maret 2019

Orasi Ilmiah, Pembukaan Kuliah Semester Genap Tahun 2018/2019 IAIN Parepare

Judul : Konstruksi Idiologi Wacana Jaringan Islam Liberal (JIL): Critical Discourse Analysis


Oleh; Dr. FIRMAN, M. Pd




[caption id="attachment_9820" align="alignnone" width="300"] Dr. Firman, M. Pd[/caption]

Dalam perkembangan kajian bahasa muncul istilah Analsisis Wacana Kritis (Critical Discorse Analysis). Wacana tidak lagi dilihat hanya sebagai suatu proses komunikasi biasa secara lisan maupun tulis, tetapi wacana dilihat sebagai praktik sosial. Bahasa dari sudut wacana dipandang sebagai praktik sosial. Bahasa dan masayarakat memiliki hubungan internal dan dialektikal. Menurut Fairclough (1989:23) bahasa adalah bagian dari masyarakat, fenomena linguistik adalah fenomena sosial yang khusus, dan fenomena sosial adalah (sebagian) fenomena linguistik (language is part of society, language phenomena are social phenomena of a special sort, and social phenomena are [in part] linguistic phenomena).

Wacana keagamaan menjadi alat untuk menyampaikan ideologi-ideologi tertentu untuk mempengaruhi dan menarik simpati pembacanya. Di kalangan umat Islam Indonesia, ada kelompok-kelompok (gerakan) yang berusaha menanamkan ideologi tertentu kepada masyarakat sebagai bentuk upaya memperoleh pengaruh dan pengakuan. Dalam upaya memperoleh pengaruh dan pengakuan tersebut, wacana dalam bentuk buletin atau artikel digunakan sebagai alat untuk menanamkan ideologi yang diyakini sesuai dengan keadaan dan kebutuhan manusia saat ini. Kelompok Islam liberalisme yang diberi nama Jaringan Islam Liberal (JIL). JIL menawarkan cara berpikir inklusif, pluralis, dan liberal yang mencoba menyajikan gagasan dan pemikirannya melalui paham pluralisme agama. JIL berupaya merekonstruksi ideologi yang selama ini diyakini oleh umat Islam. JIL berupaya membentuk pemahaman keagamaan yang dianggap baru dalam Islam, khususnya umat Islam di Indonesia. Dalam upaya mempengaruhi pembaca dengan ideologi baru tersebut, kelompok JIL menggunakan bahasa sebagai medium sehingga wacana dijadikan sebagai wujud praktik sosial (Fairclough, 1989, Bourdieu 1991).

Salah satu perjuangan JIL adalah pemihakan kepada yang minoritas dan tertindas. Islam liberal berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Menurut JIL, setiap struktur sosial politik yang mengawetkan praktik ketidakadilan atas minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas di sini dipahami dalam maknanya yang luas yang mencakup minoritas agama, etnik, ras, jender, budaya, politik, dan ekonomi. Pemikiran JIL muncul sebagai respons terhadap kekhawatiran akan adanya dominasi pemikiran radikalisme Islam yang akan merusak ekologi hubungan antarumat beragama di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari sikap dan paradigma berpikir JIL yang bebas mendekonstruksi wilayah-wilayah doktrinal agama yang dahulu dianggap tabu dan sakral

1. Konstruksi Ideologi JIL melalui Kosakata

Dalam konstruksu ideologi JIL temukan adanya nilai-nilai eksperensial yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan dalam wacana JIL sebagaimana yang dikemukan oleh Fairclough (1998:110 – 111), yaitu; Pertama, Nilai-nilai eksperensial ditunjukkan melalui skema (klasifikasi) kata, kata-kata ideologi yang diperjuangkan, penyusunan kata kembali (rewording) atau kelebihan kata (overwording), dan hubungan kata yang bermakna secara ideologis berupa sinonim, antonim , dan hiponimi. Kedua, kosakata yang diklasifikan  dalam wacana JIL kosakata yang menunujukkan kebenaran bukan hanya Islam dengan menggunakan kata ‘tidak monolitik tunggal’,  keberagaman adalah kehendak Tuhan dengan menggunakan klausa ‘keseragaman tidak dikehendaki oleh Tuhan’, keyakinan beragama sebagai ‘hak pribadi’ (privasi), kebebasan tanpa paksaan, dan tidak ada agama dengan paksaan. Kata-kata ideologis yang diperjuangkan, yakni keadilan, kebebasan, keberagaman, hak pribadi, dan tanpa paksaan. Ketiga, kosakata yang digunakan dalam wacana JIL menunjukkan adanya hubungan makna yang signifikan secara ideologis, yakni antonimi dengan menggunakan kata berantonim, yaitu beragama >< sekuler, teks suci >< konstitusi, kebebasan >< ketaatan, mayoritas >< minoritas, dan kuat >< lemah. Sinomin ditunjukkan dengan penggunaan kosa kata perbedaan = pemajemukan, beragam = kelompok berbeda. Hiponimi dapat dilihat pada penggunaan kata subordinat dengan kata kepercayaan, keyakinan, dan iman, dari superordinat kata ‘beragama’.
Keempat, metafora yang digunakan penulis teks wacana JIL untuk mengonstruksi ideologi, yaitu penggunaan kata ‘baju’, ‘raja’, tumbuh subur’, ‘campur tangan’, ‘turun tangan’, ‘menindas’, ‘dirampas’, ‘berkarat’, ‘syahwat’, ‘menundukkan’, ‘impor’, dan ‘perkawinan silang’.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ideologi pluralisme, liberalisme, pembelaan hak privasi dan minoritas dikonstruksi oleh penulis teks wacana JIL melalui proses klasifikasi, leksikalisasi, relasi makna (antonimi, sinonimi, daan hiponimi), dan metafora. Kata-kata yang dipilih tersebut merupakan kolokasi sebagai bentuk konstruksi ideologi JIL. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kata-kata lain yang digunakan oleh kelompok tertentu mengacu pada ideologi yang berbeda dengan JIL, dan sekaligus merupakan kolokasi yang berbeda pula. Kata-kata yang dipilih tersebut merupakan piranti untuk menandai JIL dalam melakukan pengelompokan (Fairclough, 1989:116).

2. Konstruksi Ideologi JIL melalui Gramatika

Ideologi pluralisme, liberalisme, hak privasi dan kesetaraan dikonstruski oleh penulis teks JIL melalui (1) modus kalimat, (2) modalitas kalimat, (3) pronomina persona kehadiran diri, dan (4) bentuk pasif, dipaparkan sebagai berikut; Pertama, modus deklaratif dan imperatif digunakan oleh penulis teks JIL untuk menunjukkan suatu kebenaran yang mereka yakini.Modus imperatif dan interogatif dengan pola negasi dan retoris digunakan untuk mempertegas suatu kebenaran yang diyakini. Modus obligatif digunakan penulis untuk menunjukkan keharusan dan kemutlakan. Kedua, modalitas relasional dan ekspresif digunakan untuk menunjukkan konstruksi ideologi pluralime dan liberallisme JIL melalui otoritas terhadap partisipan. Otoritas tersebut ditunjukkan dengan mengemukakan gagasan dengan menggunakan otoritas Tuhan dan kewajiban yang harus dilakukan dalam memperjuangkan keberagaman dan kesetaraan.Otoritas yang dibangun melalui modalitas ekspresif ditunjukkan dengan kenyataan yang menghendaki perubahan karena perkembangan dan penggunaan akal yang bisa memenuhi kebutuhan manusia. Ketiga, pronomina persona ‘saya’ digunakan jika penulis teks JIL berada pada posisi yang mempertahankan ideology. Pronomina persona ‘kita’ digunakan oleh penulis teks JIL jika ideologi yang dikontruksi berupa penawaran yang dapat dipikirkan bersama antarpartisipan. Keempat, bentuk pasif dipilih oleh penulis teks JIL sebagai upaya mengkonstruksi ideologi pluralisme dan liberalisme dengan menyebut pihak lain yang bertentangan dengan ideologi yang diperjuangkan.

3. Konstruksi Ideologi JIL melalui Struktur Teks

Kajian struktur teks dalam wacana berisi rincian tentang (1) konvensi interaksional yang digunakan dan pengurutan serta penyusunan teks. Kajian tentang konvensi interaksional yang digunakan akan memerikan tentang  pengontrolan partisipan, yaitu (a) penegasan (b) pengarahan topik, dan (c) formulasi. Kajian tentang pengurutan dan penyusunan teks akan memerikan tentang penyusunan teks wacana ideologis secara berurutan dari awal sampai akhir (Santoso, 2003:214).Jaringan Islam Liberalisme (JIL) mengonstruksi ideologi melalui struktur dan penataan teks, yaitu (1) konvensi interaksional dan (2) penataan dan pengurutan teks. Penulis teks wacana JIL mengkonstruksi ideologi pluralisme dan liberalisme dan kesetaraan dengan memanfaatkan struktur teks berupa pengontrolan partisipan dan penataan teks. Pengontrolan partisipan dan penataan teks digunakan untuk mempengaruhi pikiran pembaca dengan ideologi yang diperjuangkan. Pengontrolan partisipan digunakan dalam teks berupa wawancara, sedangkan penataan teks digunakan dalam teks yang berupa pengembangan paragraf.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama                                : Dr. Firman, M.Pd

Tempat/Tgl Lahir        : Soppeng, 20 Februari 1965

Nama Istri                      : Wahidah, S.Ag.

Nama anak                    : Wafiah Sidqiyah (almarhumah), Ahmad Abu Rizki, Ahmad Adli Nawwar, Mutiah Khaeriyah, dan Mutmainnah Firman.

Pendidikan :

1. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Perguruan Islam Ganra, 1977

2. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Perguruan Islam Ganra, 1981.

3. SMA Muhammadiyah Watangsoppeng pada, 1984.

4. Fakultas Sastra, jurusan Sastra Indonesia UNHAS, 1991.

5. Program Pascasarjana (S2) di IKIP Makassar, 2002

6. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 2009.

7. Program Pascasarjana (S3) Universitas Negeri Malang, 2015

Pembukaan Kuliah Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019 IAIN Parepare

Humas IAIN Parepare---Pembukaan kuliah semester genap tahun akademik 2018/2019 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare berlangsung, Senin, 4/3/2019 di Gedung Auditorium.

[caption id="attachment_9786" align="alignnone" width="300"] Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr.Hj. Sitti Jamilah Amin, M. Ag[/caption]

Kegiatan ini dihadiri sekitar 1.800 orang yang terdiri atas para pimpinan Institut dan fakultas, pimpinan Pascasarjana, pejabat struktural, kepala UPT, Ketua Lembaga, pengurus organisasi mahasiswa, para dosen dan mahasiswa, termasuk CPNS 2018 yg telah dinyatakan lulus.

Melalui forum pembukaan kuliah ini, Rektor kembali menegaskan tekadnya untuk membawa kampus ini meraih Akreditasi A paling lambat tahun 2021. "Tahun akademik 2019/2020 kita canangkan sebagai tahun akreditasi" tegas Rektor kepada seluruh civitas akademika IAIN Parepare. Untuk mencapai Akreditasi Institut Perguruan Tinggi (AIPT) pada tahun 2021, maka program studi yang kita miliki harus terakreditasi A, minimal 50% pada tahun 2020. Bagi Rektor, mengejar AIPT untuk IAIN Parepare bukan sesuatu yang mustahil, selama civitas kampus berkerjasama dan bekerja keras.



Akreditasi merupakan standar kualitas perguruan tinggi yang dikeluarkan BAN PT. Rektor mengejar Akreditasi A, karena itu menjadi jaminan kualitas. IAIN Parepare, menurut Rektor, merupakan perguruan tinggi terbesar di wilayah Ajatappareng, bukan hanya gedungnya tetapi dari jumlah mahasiswanya dan tentu saja besar karena kualitasnya.



Jumlah mahasiswa IAIN Parepare saat ini mencapai 8 ribuan orang.
Mahasiswa yang kuliah di kampus IAIN Parepare berasal dari lintas daerah dan bahkan luar negeri. Ada yang datang dari Kalimantan, Papua, Nusa Tenggara, dan berbagai kabupaten di Sulawesi. Sementara, mahasiswa luar negeri berjumlah 6 orang berasal dari negara Thailand.

[caption id="attachment_9789" align="alignnone" width="300"] Mahasiswi asal Thailand[/caption]

"Pada tahun ini, informasi yang saya peroleh, telah ada calon mahasiswa dari Singapura, Thailand dan Malaysia yang berminat mendaftar di kampus kita" ujar Rektor yang disambut tepuk tangan peserta pembukaan kuliah. "Insyaallah, kita bercita-cita menjadikan IAIN ini sebagai kampus terbesar di Sulawesi Selatan." kata Rektor penuh obsesi.
Pada perkuliahan tahun ini, lanjut Rektor, proses perkuliahan harus berbasis riset dan e-learning. Rektor mengajak para dosen untuk mengurangi metode ceramah dalam pembelajaran dan memanfaatkan fasilitas aplikasi e-learning yang telah disiapkan oleh Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi Pangkalan Data (UPT TIPD).

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan, Sitti Jamilah Amin yang menyampaikan Laporan Akademik tahun 2018/2019 terkait dengan keadaan, data dan perkembangan akademik masing-masing Fakulltas. Pada Fakultas Tarbiyah, jumlah program studi 8, jumlah rombel (kelas) 465, jumlah SKS 1. 025, jumlah mahasiswa 2.733, dan jumlah dosen 66 orang, dosen luar biasa 13 orang, dosen lintas fakultas 2 orang.
Sementara Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Islam (Fakshi), jumlah Prodi 4, jumlah rombel 282, jumlah dosen 25 orang, dosen luar biasa 19 orang, dosen lintas fakultas 17 orang, jumlah sks 579 dan jumlah mahassiwa 1.637
Untuk Fakultas Ushuluddin, Adab, Dakwah dan Komunikasi (Fuad), jumlah Prodi 8, jumlah rombel 502, jumlah Dosen tetap 40 orang, dosen luar basa 13 orang, dan dosen lintas fakultas 5 orang, jumlah sks 1.222 dan jumlah mahasiswa 1.537 orang.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Febi), jumlah Prodi 7, jumlah rombel 360, jumlah dosen tetap 40 orang, dosen luar biasa 13 orang lintas fakultas 27 orang, jumlah sks 850 dan jumlah Mahasiswa 1.518 orang.
"Jadi, total rombel 1.609 dengan total mahasiswa yang aktif kuliah 7.425 orang. Sementara dosen secara keseluruhan untuk dosen PNS sebanyak 107 orang, dosen ppnpn 50 orang, dan cpns 33 orang" simpul Jamilah Amin dalam laporannya.

Minggu, 03 Maret 2019

Rapat Kerja; Rektor Mencanangkan Tahun 2020/2021 sebagai Tahun Akreditasi

Humas IAIN Parepare—Memasuki hari ke -3, Ahad, 3/3/2019 Rapat Kerja Institut Agama Islam Negeri–IAIN Parepare berakhir dan langsung ditutup oleh Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan. Dalam pengarahannya, Rektor memberikan apresiasi atas pelaksanaan Rapat Kerja, yang dinilainya berjalan dengan efektif dan telah menghasilkan program kerja yang berkualitas. “Raker kali ini adalah raker terbaik yang pernah dilaksanakan IAIN/STAIN selama ini” pujinya kepada panitia.



Didampingi Kepala Biro Administrasi, Umum, Akademik dan Keuangan, Hj. Musyarrafah Amin, Rektor dalam pidatonya, kembali menegaskan obsesi dan mimpi besarnya untuk membawah IAIN Parepare meraih predikat Akreditasi A paling lambat tahun 2021. “Untuk itu, pada hari ini saya mencanangkan bahwa “Tahun 2020/2021 adalah tahun akreditasi IAIN Parepare” tegas Rektor.

“Kita semua, akan turut serta bekerja keras dan berjuang untuk memperoleh Akreditasi A ini. Apakah saudara-saudara siap !!! seru Rektor, yang disambut teriakan “SIAP” secara serentak dari seluruh peserta Raker yang hadir.

Beberapa kali, Rektor mengulang seruannya “apakah saudara-saudara siap?” Bagi Rektor, kesiapan dan komitmen seluruh civitas akademika IAIN Parepare merupakan bagian terpenting dalam mewujudkan predikat Akreditasi A tersebut. “Bagi sebagian orang, perguruan tinggi yang berbentuk Institut seperti IAIN, untuk mengejar Akreditasi A hanyalah mimpi. Tetapi bagi kita, itu bukan sesuatu yang mustahil kita wujudkan. Asalkan kita semua, siap bekerjasama dan bekerja keras, maka Insyaallah mimpi itu akan kita raih bersama” ucap Rektor memberi motivasi kepada peserta.

Rektor mengingatkan kepada peserta tentang pengalaman membanggakan yang pernah diraih dalam proses akreditasi. “Kita ada pengalaman yang baik ketika masih STAIN. Dulu, STAIN Parepare merupakan STAIN yang pertama kali memperoleh Akreditasi B disaat STAIN yang lain merasa pesimis mewujudkannya. Kita telah membuktikan bahwa kita bisa dan kali ini, kita mau kembali mencatat rekor sebagai IAIN pertama yang meraih akreditasi A tersebut” paparnya dengan semangat.

Pengajuan dan proses Akreditasi Institut Perguruan Tinggi (AIPT) membutuhkan minimal 50% akreditasi A dari seluruh program studi. Untuk itu, tahun 2019 kita fokus pada pencapaian akreditasi A untuk program studi. “Hal ini yang diperhatikan oleh Dekan Fakultas agar setiap program studi mendorong proses yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut” pesannya menegaskan.

Akhir acara, Ketua Panitia, Hj. Musyarrafah Amin menyerahkan dokumen hasil rapat kerja kepada Rektor IAIN Parepare. Hasil raker ini akan menjadi acuan dalam pelaksanaan program kerja IAIN Parepare tahun anggaran 2019 dan 2020 yang akan datang. (s.s).

Sabtu, 02 Maret 2019

Rapat Kerja IAIN Parepare, Rektor; Program Beasiswa Rektor Dianggarkan tahun 2020

Humas IAIN Parepare-- Mahasiswa Institut Agama Islam (Parepare) patut bersuka cita. Pasalnya, Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan berjanji akan memberikan beasiswa yang dinamakan "Program Beasiswa Rektor". Program Beasiswa Rektor ini diatur dan memperoleh pengesahan Menteri Agama.



Hal tersebut disampaikan Rektor saat menjadi narasumber, pada hari ke 2 Rapat Kerja, Sabtu, 2/3/2019 di Hotel Gammara kota Makassar. Di depan Ketua Senat mahasiswa dan Dewan Mahasisawa yang menjadi peserta Raker, Rektor menjelaskan berbagai kebijakan terkait dengan pengembangan mahasiswa dan organisasi mahasiswa.

Menurut Rektor, Program Beasiswa Rektor yang akan diberikan tahun 2020 bertujuan membantu mahasiswa dalam bentuk pembebasan pembayaran Uang Pembayaran Tunggal (UPT). Program beasiswa ini merupakan upaya kita untuk membantu dan meringankan mahasiswa dalam keberlangsungan kuliah mereka di IAIN Parepare.

Selain program beasiswa rektor, mahasiswaa IAIN Parepare telah menikmati beberpa program beasiswa, diantaranya Beasiswa Bidik Misi, Beasiswa Mahasiswa Berprestasi, Beasiswa Kajian Keislaman, dan beberapa beasiswa dari instansi swasta.

Selain itu, Rektor juga memberikan apresiasi kepada pengurus organisasi mahasiswa dengan memberikan bantuan beasiswa, khusunya kepada pengurus inti, yang meliputi Pengurus Senat Mahasiswa, Dewan Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Himpunan Mahasiswa Program Studi beserta OKK dan UKM.

"kita memberikan beasiswa kepada pengurus inti organisasi mahasiswa sebagai bentuk apresiasi dan stimulasi agar mahasiswa lebih termotivasi dalam berorganisasi," jelas Rektor. Berorganisasi itu penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan kapasitas, pengalaman, dan keterampilan khususnya dalam kompetensi kepemimpinan dan kompetensi sosial. Melalui organisaai Ini, mahasiswa belajar banyak hal yang tidak diperoleh di perkualihan. Pengalaman organisasi akan dirasakan manfaatnya saat mereka bekerja dan kembali dalam masyarakat.

Selain pemberian Beasiswa, Rektor juga menyiapkan anggaran Biaya Operasional (BOP) setiap Ormawa, OKK dan UKM untuk membiayai kegiatan operasionalnya. BOP ini diberikan agar pengelolaan dan manajemen organisasi mereka berjalan dengan baik.

Namun pun demikian, Rektor menitip pesan kepada aktivis atau pengurus organisasi agar tetap mendahulukan prestasi akademik/perkuliahan. Jangan kepentingan organisasi menghalagi kegiatan perkuliahan. Idealnya keduanya berjalan beriringan, tidak saling menghalangi karena perkuliahan itu, tugas utama mahasiswa. Makanya, kita persyaratkan agar mahasiswa yang menjadi pengurus, minimal yang ber-IPS 3,35, tegas Rektor kepada perwakilan mahasiswa. (s.s)

Rapat Kerja IAIN Pare; Rektor akan Bentuk Satuan Pengawas Internal



Humas IAIN Parepare--- Pembukaan Rapat Kerja IAIN Parepare berlangsung, Jumat, 1/2/2019 pukul 16.00 wita di Hotel Gammara Kota Makassar. Dalam sambutannya, Rektor memberikan arahan kepada seluruh peserta yang berjumlah 33 orang yang terdiri dari para pemangku jabatan lingkup IAIN Parepare beserta petinggi organisasi mahasiswa, yaitu Ketua Senat dan Dewan Mahasiswa.

Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan dalam sambutannya mengulas proses, mekanisme dan hasil pelaporan penggunaan anggaran yang telah melalui pemeriksaan yang ketat. Rektor berharap, hasil pemeriksaan tersebut harus menjadi acuan dan pelajaran kepada seluruh civitas kampus, khususnya para pengguna anggaran.

[caption id="attachment_9752" align="alignnone" width="300"] Peserta Rapat Kerja IAIN Parepare[/caption]

"Kedepannya, kita harus meningkatkan koordinasi dan pemahaman terhadap mekanisme penggunaan anggaran. Perlu adanya keseragaman format laporan pertanggungjawaban. Untuk memudahkan kontrol penggunaan dan laporan anggaran masing-masing unit, maka pencairan anggaran tidak diberikan sekaligus, melainkan secara bertahap. Syaratnya, kegiatan yang telah dilaksanakan harus dibuatkan laporan pertanggungjawaban terlebih dahulu, kemudian anggaran berikutnya dicairkan, papar Rektor.

Untuk melakukan pengelolaan dan penggunaan anggaran, Rektor berencana membentuk satuan pengawas internal IAIN Parepare. "Saya sedang merancang pembentukan satuan pengawas internal yang akan kita tugaskan untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan atau pun evaluasi terhadap pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan. Keberadaan satuan pengawas internal ini serupa inspektorat. Jadi kita berharap keberadaan satuan pengawas dapat mewujudkan pengelolaan keuangan yang baik." tegas Rektor menjelaskan.

Hanya saja, lanjut Rektor, orang-orang yang akan menduduki jabatan baru ini sedang digodok siapa yang paling tepat. Kita membutuhkan orang yang memiliki integritas, tegas dan memiliki kualifikasi dan pemahaman yang baik terhadap regulasi dan sistem pengelolaan keuangan negara, agar tugas satuan pengawas ini berjalan secara maksimal.

Dalam sambutan ini pula, Rektor menyampaikan pengisian jabatan salah satu Unit Pelaksana Teknis yang sempat lowong, yaitu Ma'had Aljamiyah. Untuk jabatan itu, Rektor akan mempercayakannya kepada DR. H. Abu Bakar Juddah, M. Ag. "SK pengangkatan beliau sudah jadi, tinggal tunggu waktu tepat untuk pelantikannya." ujar. Ma'had Jamiyah merupakan bentuk pesantren mahasiswa yang berorientasi pada pengembangan keIslaman, khusus dalam baca tulis al - Quran dan penerapan penguasaan bahasa asing. (s.s)

Jumat, 01 Maret 2019

Temu Ilmiah Regional, KSEI FENS IAIN Parepare Raih Penghargaan Ide Paper Terbaik

IAIN Parepare--- Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Forum Ekonomi Syariah (FENS) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare berhasil mendapatkan penghargaan sebagai ide paper terbaik pada kegiatan Temu Ilmiah Regional (TEMILREG) ke tujuh Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sulawesi Selatan dan Papua.

Ardiansyah, ketua majelis syuro FENS IAIN Parepare yang turut serta ikut berpartisipasi mengaku bersyukur atas pencapaian tersebut.

“Alhamdulillah FENS meraih penghargaan sebagai paper terbaik dengan judul papernya yaitu pengembangan pariwisata halal melalui tour operator Islami di Sulawesi Selatan,” terangnya saat diwawancarai via whatsapp, Jum’at (02/03).



Mahasiswa program studi Perbankan Syariah ini berharap agar KaSSEI FENS IAIN Parepare terus aktif ikut dalam berbagai kegiatan forum ekonomi dan mendapat dukungan dari kampus.

“Ke depannya kami akan terus berkoordinasi dengan teman-teman dan melakukan kerjasama dengan pihak fakultas dalam rangka pengembangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. semoga kedepannya nanti KaSSEI FENS bisa berpartisipasi dalam kegiatan forum ekonomi seperti ini,” harapnya.



Penghargaan tersebut mendapat apresiasi oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis IAIN Parepare, Muhammad Kamal Zubair.

“Alhamdulillah, untuk ke sekalian kali adek-adek dari FENS mampu menunjukkan prestasinya. Semoga ke depan dapat berkiprah ke  event yang luas dan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBI) IAIN Parepare,” ungkapnya.

Kegiatan yang diikuti beberapa perguruan tinggi seperti IAIN Ambon, IAI DDI Polman, IAIN Palopo, IAIN Bone, STIE Bongaya, UNHAS, UIN Alauddin Makassar. Selain TEMILREG, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan Syariah Ekonomic Forum (SEF) yang dibuka langsung oleh  wakil gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman di Baruga Angin Mammiri rumah jabatan wali kota Makassar, Senin (25/2).

Benchmark STAIN Sorong-IAIN Parepare

Humas IAIN Parepare -- Kamis, 28/2/2019 rombongan STAIN Sorong tiba di kampus IAIN Parepare pukul 12.30 waktu setempat setelah melalui perjalanan jauh dari Sorong Papua Barat melalui pesawat dan perjalanan darat Makassar-Parepare kurang lebih 3 jam. Kedatangan mereka disambut pimpinan IAIN Parepare.



Dalam pertemuan tersebut hadir Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan, St. Jamilah Amin, Dekan FEBI, Muhammad Zubaer, Wakil Dekan 1 FEBI, Muh. Yasin Wakil dekan 2, Zainal Said, Kaprodi Parawisata Syariah, Muh. Akram, Kaprodi Akuntansi Syariah, Syahriah, Kaprodi Manajemen Ekonomi Syariah, Damirah, Kaprodi Perbankan Syariah, Andras Tri Astuti, Kaprodi PBI Fakultas Tarbiyah, Mujahidah dan mantan Kepala P2M, Firman, Kepala Pusat Akreditasi LPM, Islamul Haq dan sejumlah pejabat lainnya.



Dalam pertemuan ini, Muh. Rusdi yang memimpin rombongan STAIN Sorong menyampaikan tujuan kunjungannya ke kampus IAIN Parepare. "STAIN Sorong sedang dalam pengembangan kampus, khususnya pengembangan program studi. Kami berkunjung ke IAIN Parepare untuk belajar terkait pengembangan program studi, khususnya progran studi Pariwisata Syariah. Kampus kami sedang berencana membuka program studi Pariwisata Syariah. Program studi ini sangat prospek dikembangkan di Papua Barat karena propinsi ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata dunia di Indonesia, yaitu wisata Pulau Raja Ampat" .

"Kami memilih berkunjung ke IAIN Parepare karena kami menilai kampus ini cukup akseleratif dan berhasil dalam pengembangan kampus, khususnya dalam transformasi STAIN menjadi IAIN. Apalagi di sini, sudah membuka program studi Pariwisata Syariah meski terbilang baru, tapi kami ingin belajar" kata Muh. Rusdi menguraikan tujuan kunjungannya bersama 4 rekannya yang lain.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IAIN Parepare, Siti Jamilah Amin yang menerima dan menyambut kunjungan dari STAIN Sorong tersebut menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi dalam kata sambutannya. "Kami berterima kasih sekaligus merasa bangga dan terhormat atas kunjungan rekan-rekan kita dari Sorong. Sesungguhnya apa yang kami capai di iAIN Parepare belum seberapa. Masih membutuhkan kerja keras dari semua pihak, khususnya bagi pimpinan dan civitas akademika IAIN Parepare" kata Jamilah.

"Tetapi dalam pengembangan perguruan tinggi, kita perlu "gila kerja" terang perempuan bergelar Doktor memberikan tipsnya kepada tamunya. "Gila kerja dalam arti, kita harus menyiapkan dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kita secara totalitas dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Kerja lembur sampai malam itu biasa saja" paparnya. "Selain itu, pengembangan kampus juga memerlukan kerja-kerja tim dan perencanaan yang matang. Misalnya dalam pengembangan program studi, itu membutuhkan tim yang bekerja sinergi dan berkesinambungan, bukan sekedar panitia. Jadi ada tim yang memikirkan analisa pengembangan kurikulum, SDM, proses akreditasi, kerjasama, daya dukungnya dan lain-lain" lanjutnya menjelaskan.

Membuka progra studi baru itu cukup sulit karena memiliki standar dan syarat yang berat. "Kita harus menyiapkan sumber dayanya terlebih dulu. Misalnya tenaga dosen minimal 6 orang yang memiliki latar belakang pendidikan S2 yang sesui dengan program studi yang dibuka" kata perempuan bergelar Doktor Pemikir Islam ini.

Sementara Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Kamal Zubaer dalam kesempatan ini menyampaikan pengalaman kerjanya sebagai dekan baru. "Kami ini masih baru. Fakultasnya pun masih baru sebagai pengembangan dari perubahan bentuk dari STAIN menjadi IAIN. Tapi untuk program studi yang ada dalam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam merupakan program studi yang sejak lama sudah disiapkan. Karena baru, kami memiliki segudang pekerjaan yang harus diselesaikan" ungkap alumni Pascasarjana UIN Yogyakarta ini. "Untuk membuka program studi baru kita harus kerja keras pungkasnya". (s.s)